Yogyakarta, Maliboro. Terus terang fikiranku kacau, wanita yang aku sayangi sore tadi pergi tanpa pamit bersama temannya ke luar kota. Padahal
sudah lima hari ini tak diberinya jatah sex, dengan alasan sedang ujian tengah semester. Mau meledak rasanya kepala ini, harus kusalurkan nafsu ini
bila tak ingin uring-uringan terus. Terbayang di benak semua rencana tuk malam ini memberi kepuasan dirinya dan pelampiasan nafsuku, sebutir
obat kuat telah kusiapkan disaku calana. SIAL! makiku dalam hati…
Warung itu terlihat sepi. Sebetulnya bukan warung, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di pinggir jalan seberang toko Ramai
Malioboro. Kuparkir motor di depan gerobak makanan itu, kupesan segelas jahe tape untuk mengusir dinginnya malam. Kulirik jam baru setengan
sembilan malam, tinggal setengah jam lagi bubaran toko-toko sepanjang Malioboro, dimana pelayan-pelayan toko berhamburan keluar toko untuk
pulang. Kuraih rokok di saku jaket yang tinggal tiga batang, kunyalakan dan kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara. Dinginnya malam tak
cukup untuk mendinginkan hati ini, terlebih dalam calanaku yang menginginkan jatah. Pikiran ku melayang mencari cara memenuhi hasrat ini.
Waktu pun berjalan, fikiranku terus berkecamuk, terdengar suara wanita memesan segelas teh hangat di sampingku. Kugeser letak dudukku, kulirik SahabatQQ
dia, hmm lumayan juga nih cewek. “Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh monggo, silahkan-silahkan” jawabku memberi tempat kepadanya.
“Kok belum pulang mbak?” tanyaku membuka percakapan. “Iya mas, tunggu jemputan, tapi kok belum kelihatan ya” jawabnya sambil menengok kiri
dan kanan. “Biasanya dah jemput dari tadi lho mas” tambahnya. Tiba-tiba Hp di tas wanita itu berbunyi, kulihat dia menjawab telepon itu,
kuperhatikan wajahnya. Alamak! wajah itu tertekuk marah, menambah manis wajah ayunya. “Kurang ajar” katanya sambil menutup pembicaraan
teleponnya. “Kenapa mbak, kok marah-marah?” tanyaku padanya. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama gendaknya” maki dirinya
kepada cowok di telepon tadi. Tiba-tiba dia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah kacau nih, pikirku. “Sudahlah mbak,
nggak usah dipikirin, laki-laki emang begitu” rayuku sambil tak kusadari bahwa aku juga laki-laki yang mungkin lebih berengsek dari cowoknya tadi.
“Gimana kalau saya saja yang mengantar embak?” kutawari diriku untuk mengantar. Wanita itu menengadah, terlihat air mata yang masih mengalir
dari kedua boal matanya. Oh My God, ayu tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, imut, kasihan diterpa cahaya lampu tempel di meja gerobak
dagangan makanan. “Mas nggak papa? Nanti ada yang marah? tanyanya sambil menatap lekat padaku. “Kita senasib kok mbak, Anton” kataku
memperkenalkan diri sambil meraih tangannya menuju motor. Setelah kubayar minuman kita, kuulurkan helm kepadanya
Motor kustarter, dia duduk dibelakangku. “Aku Ika mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya padaku. “Aku juga ditinggal cewekku sore tadi, dia
pergi sama teman-temannya tanpa pamit padaku” jawabku. “Tinggalmu di daerah mana mbak?” tanyaku. “Apa” tanyanya sambil mendekatkan
kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat kencang, sekarang nempel merapat di punggungku, terjadilah pemberontakan di dalam
celana dalamku. Sial… aku lupa mencukur bulu bawahku, sekarang terasa perih menggigit terdesak pisang ambonku yang perlahan serta pasti
mengeras. “Kenapa mas?” tanyanya sekali lagi padaku. Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah wajahku, kutengok ke samping kanan,
persis yang kuduga sebelumnya, begitu menengok, kucium lembut dan menyentuh pipi serta sedikit mulutnya, “iiiihhh, nakal ya masnya ini” katanya
sambil mencubit pinggangku. Haa haa haa… “Kostmu daerah mana adik manis?” tanyaku menahan perih di pinggang akibat cubitannya. “Enggak
tau, aku lagi males pulang” cemberutnya sambil terus mencubit pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok berhenti mas?” tanyanya. “Habis
kamu nyubit terus dan gak di lepas-lepas sih… nanti gimana jalan motornya?” candaku. “Habis masnya juga genit sih, pake ngesun segala” ujarnya.
“Nah gitu dong, jangan sedih terus, ntar ilang lho manisnya” kataku cengengesen
“Tu kan… mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya
“Trus kita mau ke mana cah ayu?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah. pokoknya aku males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita
nikmatin malam ini berdua aja ya” jawabku. “He eh” sambutnya sambil melendot manja, ah dasar wanita dirayu sedikit, keluar deh manjanya. Kulaju
motorku ke arah selatan Yogya. Namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku. Sampailah kita di daerah pantai Parang Tritis, angin laut selatan
menyambut kita disertai dinginnya musim kemarau bulan Agustus. Kulepas jaketku dan kukenakan kepadanya yang hanya berkaus ketat berlengan
pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai, kurengkuh bahunya untuk duduk di pasir, dia diam saja, pandangan jauh menatap kelamnya
lautan. “Kenapa, kok ngelamun” tanyaku. “Tauk nih, kita kan baru beberapa jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. “Emang kenapa? nggak
boleh? Aku suka dari pandangan pertama tuh” kataku ngawur. “Iiiiih, ngawur lagi deh” sergahnya sambil mulai mencubitku lagi. Sebelum tangan itu
sampai, aku bangkit berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, sampai suatu saat kakiku tersandung lobang dan jatuh. Karena jarak

kami tidak terlalu jauh, dia pun ikut terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Dia terdiam,
akupun menahan nafas, perlahan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya, kucium lembut bibirnya, ia pun membalas sambil memejamkan
matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi dengan latar belakang deburan ombak pantai selatan
Malampun semakin larut, kami memutuskan untuk menginap di salah satu losmen yang berada i sekitar pantai. “Kok kamu mau menginap dengan
cowok yang baru kamu kenal sih” bisikku ketelinganya. “Habis mas baik sih, mau nemenin Ika yang lagi sebel” katanya manja. Kuraih wajahnya,
kepagut bibir mungil Ika, kami berdua berciuman mesra. Tangan kananku memeluk pinggang, tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam kaus Ika.
Cumbuan kualihkan ke leher jenjang Ika, dia mendesis dipeluknya tubuhku. “Sss…mass… enaaakk” erang Ika. Tangan kiriku berusaha masuk melalui
bra yang agak ketat, sedang tangan kananku berusaha membuka kaitan bra di punggung Ika. “Mas Ann… ton… Ika lee.. messs nih… sambil tiduran
yuk…?” pintanya. Kurebahkan diri Ika ke atas ranjang, kumainkan kedua belah payudara Ika, Ika terpejam kembali dengan mengerang perlahan…
sss… sss… yang keras mas remasnya… sss… Kubungkukkan bandan, mendekat ke arah payudara Ika, ku kulum puting sebelah kiri sementara tangan
kananku meremas sebelah kanan. Tangan ika menjambak rambutku… Sss… enaaakk… masssss… hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan
menelusuri sampai ke pusar, kumainkan lidahku di lubang pusar Ika. Malam kian larut, deburan ombak terdengar sampai ke dalam kamar losmen,
seakan musik mengiringi deru nafas memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Ika, kuusap mesra wajahnya, Ika memandangku pasrah, kubelai
perutnya dengan tangan kanan, terus turun hingga ke celana panjang Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan kubelai dengan
punggung tanganku. “Mas Anton… jangan siksa Ika dong… cepet copot baju dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas. “Sebentar sayang, mas
mau buang air kecil dulu ya” kataku sambil berlalu ke kamar mandi. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus penisku
“sabar ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam senang. Ika terpekik tertahan melihat kondisiku yang bugil, sambil menutup
mulutnya. “Mas Anton… kok gede banget penisnya? kira-kira muat gak ya unya saya?” tanyanya. “Kamu masih perawan Ka?” tanyaku mendekatinya.
“Udah enggak sih… cuman dah lama gak kemasukan, apalagi segede punya emas?” jawabnya senyum dikulum. “Ya udah nikmatin dulu deh punya
emas ini ya” kataku sembari menyodorkan penisku ke wajahnya. Ikapun bangkit dan menyentuh penisku sembari dijilatinya, kemudian memasukkan
batang penisku ke dalam mulutnya, terlihat sesak tatkala dia memasukkan batangku
Aku tersenyum melihatnya terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Ika, pegel!” protesnya. “Ya udah, sekarang giliran emas mau cium vegi Ika ya”
kataku meredakan protes Ika. Kemudia Ika kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya, kudekatkan kepalaku di selangkangan Ika
yang memang luar biasa bersihnya kemaluan ika dengan rambut sedikit dirapikannya, kumulai mengulum kemaluan Ika. Kedua tangan Ika
menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…” erang Ika seperti cacing kepanasan.
Gila aja cowok goblok itu, barang sebagus ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sesekali kumasukkan lidahku kedalam liang
vegi Ika. “Maasss… aaakkkuu… nyammpeee…!” jerit Ika sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Ika bergetar hebat, dari lubang
kemaluan Ika keluar lendir orgasme yang lansung tak kusia-siakan untuk menyedotnya ternyata gurih sekali cairan orgasme Ika. Setelah beberapa
saat Ika tergolek lemas seperti tak bertenaga, kudekati Ika dan berbaring di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Ika, “Gimana rasanya
sayang?” tanyaku. Ika tak menjawab, hanya tatapan sendu serta senyuman Ika yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya mencapai
puncak kenikmatan. Kemudian aku bangkit, melumuri penisku dengan air ludah, agak kuangkat Ika untuk agak menepi dari ranjang. Perlahan aku
arahkan penisku ke tengah selangkangan Ika. “Pelan-pelan ya mas…” pinta Ika memohon. Pertama ku sibak bibir vagina Ika, kemudian kutempelkan
kepala helm penisku di tengah vaginanya, perlahan-lahan kudorong masuk ke dalam. Dengan orgasmenya Ika tadi, seolah telah siap untuk menerima
kedatangan penisku, tetapi tetap saja agak sempit. Kulihat Ika agak meringis, “Kenapa Ka?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tapi gak pa pa kok, Ika
tahan”. Aku gak mau buru-buru, sedikit demi sedikit kukeluar masukkan batang penisku ke dalam vagina Ika. Setelah masuk setengah, kudiamkan
sejenak untuk memberi waktu vagina Ika menyesuaikan dengan batang penisku, kulihat Ika menatapku, “Kenapa berhenti mas? aku dah mulai
merasa enak kok rasanya” kata Ika sedikit protes atas perbuatanku. Memang aku penjahat kelamin, kata teman-temanku, sebetulnya aku sendiri gak
setuju karena menurut diriku sendiri aku adalah penyayang kelamin, gak mau asal aja make love dan wanita merasa sakit, karena prinsipku
hubungan sex itu adalah kepuasan antara dua insan berlainan jenis
Setelah kulihat Ika sudah terbiasa dengan penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku tersebut, sambil melirik Ika. Ternyata Ikapun sudah
menikmati keluar masuknya penisku di vaginanya. Sekitar lima menit kemudian Ika kontraksi, rupanya dia sudah mau mencapai orgasme lagi.
Massssss…akkkuuu… nyammmppeee… erangnya sambil memeluk erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Aku imbangi orgasme Ika dengan
menancapkan batang penisku dalam-dalam.“Gimana sayang?” tanyaku. “Waduh mas luar biasa deh” jawabnya sambil terengah-engah.
Kemudian Ika aku suruh telentang di atas rajang, kemudian aku naik di atas tubuh Ika, kujilati sekitar payudara Ika yang memang sudah basah oleh
keringatnya. Kemudian kusuruh kedua tangan Ika untuk menjepit kedua payudaranya, setelah itu batang penisku aku tusukkan di tengah jepitan Agen Domino99
payudaranya. Ika tersenyum paham dengan perbuatanku dan bertanya “Kenapa gak dikeluarin di dalam vagina Ika aja mass?” tanyanya. “Enggaklah,
nanti kamu hamil lagi” jawabku
Ikapun tersenyum manis. Kukocok kemaluanku di jepitan payudara Ika, tak berapa lama terasa ada sesuatu yang akan meledak dari ujung
kemaluanku, Ika menengadah ke arah payudaranya, “Kaaa… masss mau sammmpe juga nihhh…” erangku. Kulihat Ika membuka mulutnya, seolah
mau menampung muncratan orgasme ku. Melihat hal itu buru-buru ku copot penisku dari jepitan payudara Ika dan kumasukkan ke mulut Ika,
disambutnya penisku dan di kulumnya. Meledaklah semua spermaku di mulut Ika sampai tetes mani terakhir. “Enak kok mas, gurih… Ika seneng
sama sperma emas?” kata Ika sambil tersenyum. Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal tetapi senyumku masih bisa
kupaksakan untuk Ika. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas hingga pagi tanpa
sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.
Pagi pun merangkak ke siang, aku terjaga dan kulihat di sebelahku Ika sudah tidak ada. Dengan perasaan malas aku bangun dan menuju ke kamar
mandi. Sesampai di sana kulihat Ika membelakangi pintu dan sedang menyikat gigi, perlahan kudekati dan kupeluk dari belakang, tak lupa tanganku
mampir di kedua buah dada Ika
“Eh dah bangun ya mas?” sapa Ika. Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Ika dan perlahan
kumasukkan penisku dari belakang. Ika mengerang lirih dan berpegangan pada tepi bak mandi, sampai akhirnya Ika mencapai orgasmenya.
Setelah itu ia jongkok di depanku dan mulai mengulum penisku sampai mencapai orgasme yang ditelan Ika sampai habis.
Setelah mandi dan sarapan, kami berdua bersantai di teras depan losmen. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan sedih, “Mass, kira-kira besok-
besok gimana ya hubungan kita..” tanyanya sedih. “Mau kamu gimana Ka? balas ku bertanya lagi. “Mau Ika kita gak buru-buru putus mas, setelah
peristiwa semalam sampai hari ini, kayaknya Ika suka deh sama mas Anton?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Aku bangkit dan memeluk
dirinya, ku elus punggung dan rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan kamu sayang” kataku menghibur. “Kita lihat besok aja ya, dan
aku janji selalu menghubungi kamu ya Ka.” kataku kemudian. Ika hanya mengangguk lemah.
Sejak itu sesuai dengan janjiku, aku selalu mengunjunginya dan kami masih berhubungan intim terus, bila tidak di kost-an ku ya di kostnya Ika.
Sampai suatu saat dia bilang kalau dilamar oleh cowoknya yang dulu, dimana cowoknya telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan
menyakiti Ika lagi. Aku pun agak goncang, tetapi gimana lagi, aku sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika telah
bekerja, akhirnya kuihklaskan kepergian Ika. Sebelum berpisah Ika kuajak ke Tawangmangu selama dua hari, berdua memuaskan hasrat sebelum

berpisah. Memang Ika sendiri tidak bisa menolak cowok tersebut yang masih terhitung famili jauhnya, setelah kunasihati akhirnya Ika mau mengerti
dan menerima lamaran cowoknya. Kini aku jomblo lagi, sementara cewekku dulu sudah aku putus kemarin-kemarin, yah semoga bro-bro masih mau
membaca kisah petualanganku yang lain di lain cerita
0 Komentar